Sabtu, 14 Mei 2011

Korban Fitnah


Seorang pengkhotbah muda nyaris menjadi korban fitnah dan prasangka buruk. Usianya baru menginjak 21 tahun, tetapi dia punya semangat menyala di dalam berkhotbah. Dia beberapa kali mengisi Kebhaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang besar. Meskipun bukan lulusan Sekolah Theologi, tapi hamba Tuhan yang masih muda ini bernaung di bawah naungan penginjil internasional Sammy Tippit.
Secara kerohanian dia memang sudah matang dan dewasa tetapi dia belum memiliki pacar. Usai KKR pada malam pertama, dia melayani konseling pada ruangan besar di dekat ruang belajar pastori. Lalu datanglah seorang wanita muda cantik yang memintanya untuk berbicara secara pribadi. Namanya Cindy. Hamba Tuhan ini lalu menyarankan agar dia meminta konseling pada konselor wanita, tapi Cindy ngotot hanya mau berbicara kepadanya. Bahkan dia rela menunggu hingga pengkhotbah muda ini selesai melayani yang lain.
Setelah satu jam menunggu, acara konseling itu pun selesai. Para konselor lainnya sudah meninggalkan ruangan. Tinggal hamba Tuhan bersama Cindy yang ada di ruangan itu. Beberapa menit kemudian, Cindy berlari keluar ruangan sambil berteriak,"Dia merayu saya! Dia mau mengajak saya untuk bercinta!"
Malam itu juga pendeta dari gereja tuan rumah bersama panitia KKR menyidang pengkhotbah muda ini. Mereka minta penjelasan apa yang sesungguhnya terjadi di ruangan itu. Pengkhotbah membantah tuduhan Cindy, tapi tampaknya sia-sia, karena selain tidak ada saksi mata, Cindy termasuk orang terpandang di gereja itu. Jemaat pasti lebih mempercayai ucapan wanita itu.
"Apa sebenarnya terjadi di rumah itu?" tanya pendeta.
"Saya merasa difitnah. Tapi apapun yang saya katakan, kemungkinan besar tidak dipercaya. Untuk itu, saya minta agar dipertemukan dengan penuduh saya itu," jawab pengkhotbah muda.
Pendeta dan majelis lainnya sepakat untuk menunda KKR. Mereka lalu mengundang Cindy dalam pertemuan berikutnya. Dua malam berikutnya, wanita muda ini datang bersama orangtuanya pada rapat Majelis tertutup.
Pendeta meminta Cindy menceritakan kejadiannya. Tapi ayahnya langsung menyela.
"Dia sudah menceritakan semuanya. Saya kira dia tidak perlu mengulanginya lagi," kata ayah Cindy dengan dingin. Istrinya mengiyakan.
"Kalau begitu, tolong ceritakan versi Anda apa yang terjadi pada malam itu," kata pendeta pada pengkhotbah tamu.
"Tidak ada gunanya saya bercerita," jawab pengkhotbah muda. "Hanya saya dan dia yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saya tidak bisa membela diri. Saya cuma bisa mengatakan ini: Cindy, kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi di ruangan itu dan apa yang tidak terjadi. Jika kamu tidak mengatakan yang sebenarnya, maka saya akan dihakimi dan tidak akan pernah bisa berkhotbah lagi. Ini akan merusak reputasi saya, gereja ini dan bahkan nama Tuhan. Jika saya memang berbuat, maka saya rela menerima diperlakukan apa saja. Tapi kita sama-sama tahu bahwa itu tidak benar. Saya memohon kepadamu demi nama Kristus, ceritakan yang sebenarnya." Ruangan itu menjadi sunyi. Semua mata tertuju pada Cindy. Tiba-tiba air mata menetes Cindy dari pipinya.
"Saya telah berbohong," kata Cindy dengan lirih,"dia tidak merayu saya. Sebenarnya saya lah yang merayu dia. Tapi karena dia tidak menanggapi, saya jadi malu dan kesal. Maka saya lalu membuat cerita bohong itu. Saya minta maaf"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar